
Sejak dulu, mahasiswa tidak hanya kuliah, tetapi juga berjuang. Banyak cara yang dilakukan mahasiswa untuk mewujudkan perjuangannya. Pada masa Agresi Belanda II misalnya, mahasiswa Universitas Gadjah Mada dengan suka rela “meninggalkan bangku kuliah”, sigrak, menyingsingkan lengan baju, cancut taliwondo mengambil peran aktif dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan negara.
Sebagai universitas perjuangan yang lahir dalam kancah revolusi, Sivitas Akademika UGM memiliki jiwa perjuangan di segala lini, selalu siaga menjadi salah satu elemen dalam beragam peristiwa perjuangan Bangsa Indonesia, termasuk pada saat NKRI mengalami krisis kepercayaan terhadap Orde Baru.
Mahasiswa bangkit, menyuarakan kegerahannya terhadap pemerintahan Orde Baru, melalui gerakan yang kemudian dikenal sebagai Gerakan Reformasi. Perjuangan tidak dilakukan dengan mengangkat senjata, melainkan dengan aksi demonstrasi, penyelenggaraan forum-forum ilmiah, penyampaikan sikap, penyampaian rekomendasi, dan pemberitaan yang menjadi ciri warga kampus.
Perjuangan melalui Reformasi di UGM yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat dukungan dari berbagai pihak. Civitas akademika, bahkan Dharma Wanita UGM yang digawangi oleh Ibu Tuti Loekman Soetrisno, Ibu Ichlasul Amal, Ibu Koesnadi, Ibu Suryo Guritno, bergabung dengan mahasiswa untuk melakukan orasi di halaman Auditorium Graha Sabha Pramana. Dan yang tidak kalah pentingnya ialah dukungan Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Sri Sultan Hamengku Buwono X Menyampaikan Orasi dalam Aksi Tahun 1998
Sumber: Khazanah Arsip Statis Arsip UGM
Perjuangan melalui Reformasi di UGM yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat dukungan dari berbagai pihak. Civitas akademika, bahkan Dharma Wanita UGM yang digawangi oleh Ibu Tuti Loekman Soetrisno, Ibu Ichlasul Amal, Ibu Koesnadi, Ibu Suryo Guritno, bergabung dengan mahasiswa untuk melakukan orasi di halaman Auditorium Graha Sabha Pramana. Dan yang tidak kalah pentingnya ialah dukungan Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Pisowanan Agung di Pagelaran Keraton Yogyakarta: Sultan HB X membacakan Maklumat mengajak seluruh Rakyat Indonesia mendukung Reformasi.
Foto: Demonstan.com
Foto: Kompas.com.
Dengan ikat kepala kain putih bertuliskan Reformasi mahasiswa dapat menarik massa untuk berjuang, demi pemerintahan bersih, yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Republika edisi 12 Maret 1998 mewartakan demonstrasi besar-besaran yang diikuti ribuan mahasiswa di Kampus UGM. Reformasi telah mengubah sejarah Indonesia dan melahirkan lanskap baru politik Indonesia yang demokratis. Mahasiswa UGM memberikan kontribusi di dalamnya.
Ikat kepala Reformasi
Foto: Istimewa
Koleksi ikat Kepala Reformasi Koleksi Museum UGM
Adalah drg. Ika Dewi Ana, M.Kes.,Ph.D., salah seorang pelaku sejarah dalam peristiwa Reformasi, yang meneruskan perjuangannya melalui perannya sebagai dosen dan peneliti, sehingga mendapat penghargaan “Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa” dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek Dikti) pada 2015. Semoga trivia kali ini menginspirasi.
Kontribusi Karya dalam Perjuangan membangun Negeri
Foto : ugm.ac.id.
Rekaman Peristiwa Reformasi dalam Karya Seni Wayang Beber,
Karya Indra Suroinggeno. Koleksi: Museum UGM
Sumber:
Raditya, Iswara N, 2019. “Sejarah Demo Mahasiswa Turunkan Presiden Tahun 1998 di Yogyakarta”, https://tirto.id/eiDX
Musliichah, 2022. Menelusuri_Jejak_UGM_dalam_Gerakan_Reformasi_Indon.pdf
Anonim, 2018. “Forkom UGM Gelar Peringatan 20 Tahun Reformasi. https://www.ugm.ac.id/id/berita/16251-forkom-ugm-gelar-peringatan-20-tahun-reformasi
Foto sampul: Mahasiswa UGM dan Pelajar dalam Aksi Reformasi 1998. (Sumber: Khazanah Arsip Statis Arsip UGM)
Penulis : Dra. Djaliati Sri Nugrahani, M.A.
Editor : Keysha Aisah Mayrifa