Pengerahan Tenaga Mahasiswa merupakan pendahulu adanya Program KKN yang ada di UGM. Pada awal tahun 1950 Prof. Koesnadi Hardjosoemantri yang saat itu masih menjadi mahasiswa mengajak kawan-kawannya sesama tentara pelajar yang berjumlah 8 orang. Prof. Koesnadi Hardjosoemantri yang saat itu masih menjadi mahasiswa Fakultas Hukum didukung kuat kawan seperjuangannya di Tentara Pelajar, menawarkan sebuah gagasan pada Rektor (Prof. Dr. Sardjito) bernama Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM). Hal ini didasari pada keperihatianan sekumpulan mahasiswa tersebut mengenai kondisi Indonesia yang banyak kehilangan tenaga pengajar selama perang kemerdekaan.

Bersama doa dan tekat kuat serta restu dari universitas akhirnya kedelapan orang tersebut termasuk Prof. Koesnadi berangkat keluar Pulau Jawa menjadi guru. Dua tahun pengabdian tersebut membuahkan hasil munculnya Sekolah Mengengah Atas di berbagai tempat dan meyulut keinginan belajar anak bangsa. Mahasiswa PTM yang telah berjuang selama 2 tahun tersebut diberikan sertifikat mengajar sebagai tanda jasa. Vandel PTM disini merupakan bentuk eratnya ikatan dari 16 orang yang diterjunkan pada gelombang kedua, tahun 1952.

Penyempurnaan PTM dilakukan pada tahun 1971, ketika Prof. Koesnadi Hardjosoemantri menjabat sebagai Direktur Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). Beliau mengusulkan program KKN menjadi kegiatan intra-kulikuler pilihan. Universitas yang menjadi perintis antara lain Universitas Gadjah Mada, Universitas Andalas, dan Universitas Hasanuddin.

Prof. Koesnadi Hardjosoemantri
Pada tahun 1979, program KKN diramu ulang menjadi hanya dua bulan dan diwajibkan bagi mahasiswa UGM. KKN diharapkan menumbuhkan daya juang, perhatian mahasiswa pada sesama, dan sebagai pelatihan untuk terjun dimasyarakat.
Namun, sayangnya istilah KKN sering digunakan untuk istilah lain sehingga membuat Prof. Koesnadi sedih. Maka dari itu penyempurnaan terakhir ialah menjadikan sebagai KKN-PPM (Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pengabdian Masyarakat).
Semangat juang ini haruslah tetap diabadikan dan diteruskan untuk mahasiswa generasi berikutnya. Walaupun Pengerahan Tenaga Mahasiswa dulunya sempat terpaksa berhenti karena gerakan separatis yang menggugurnya mahasiswa UGM. UGM kembali bangkit bersama semangat yang sama untuk ditularkan ke generasi mendatang oleh Prof. Koesnadi.

KKN umumnya ditempuh dalam waktu yang cukup lama sebulan hingga dua bulan. Apapun bisa terjadi, cerita-cerita yang dibawa oleh mahasiswa dari suatu daerah. KKN pada dasarnya bentuk kecil dari perhatian Universitas pada daerah-daerah di Indonesia. Sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi: Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian masyarakat. KKN merupakan bentuk yang menggelora di setiap hembusan Universitas Gadjah Mada.
Mari kita sedikit merenungkan bagi yang baru masuk kuliah persiapkan diri untuk nantinya terjun dimasyarakat. Bagi yang sudah menjalani KKN apakah masih ada rasa yang tertinggal, apakah pesan perjuangan Prof. Koesnadi dan kawan-kawan Tentara Pelajar mengena dihati?
Sumber Foto : Arsip UGM
Penulis : Irfan Waskitha Adi
Editor : Keysha Aisah Mayrifa