• UGM
  • IT Center
Universitas Gadjah Mada Museum
Universitas Gadjah Mada
  • Profil
    • Visi dan Misi
    • Sejarah
  • Pameran Tetap
    • Di Tengah Perjuangan (1946-1949)
    • Meletakkan Dasar Pendidikan (1949-1960)
    • Membangun Peradaban Bangsa (1961-1982)
    • Menjadi Universitas Dunia (1982-2002)
    • Menjunjung Martabat Bangsa (2002-2017)
    • Hidup di Bulaksumur
  • Pameran Temporer
    • 2023 – Karsa Karya Koesnadi Hardjasoemantri
    • 2022 – Dinamika Kompleks Rumah Dinas UGM
  • Pengelola
    • Pengelola 2023
    • Pengelola 2021
  • MUSELETTER
  • Kontak
  • Beranda
  • SDGS
  • SDGS
Arsip:

SDGS

Menwa UGM: Perjuangan Mahasiswa dalam Misi Perdamaian Dunia

Trivia Monday, 2 June 2025

PBB membentuk United Nations Emergency Force (UNEF) tahun 1956 untuk menyelesaikan krisis Suez. Pembentukan UNEF didukung oleh Indonesia, sehingga sejak 1957 Indonesia turut mengirimkan pasukan untuk membantu perdamaian dunia. Pasukan ini bernama Kontingen Garuda.

Kontingen Garuda disingkat KONGA atau Pasukan Garuda adalah pasukan Tentara Nasional Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Indonesia mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB sejak 1957. Kontingen Garuda dibentuk dari proses seleksi prajurit-prajurit dari berbagai kesatuan di TNI.

 

Sumber: Koleksi Museum UGM

Mahasiswa UGM juga ikut serta mengirimkan mahasiswa dalam Kontingen Garuda VIII, yaitu pada tahun 1978-1979 di UNEF II Bufferzone Sinai, Timur Tengah. Mahasiswa yang ikut serta dalam Kontingen Garuda merupakan anggota Resimen Mahasiswa (Menwa) UGM. Sebelum dikirim, seluruh anggota yang terlibat wajib mengikuti pendidikan reguler kemiliteran selama 3 bulan sekaligus memperoleh kepangkatan dalam TNI AD dan pra tugas selama 2 bulan.

Sumber: Koleksi Museum UGM

Sudarmanu bersama Edyson TR (mahasiswa Fakultas Peternakan) selaku Menwa UGM lah yang dikirim ke Timur Tengah (Mesir) dalam rangka membantu Tim Perdamaian PBB. Selama di Mesir mereka bergabung dengan Kontido Garuda VIII dengan tugas melaporkan kegiatan tim ke Head Quarter/UNEF dan komunikasi internal di dalam pasukan. Cakupan kegiatannya meliputi basecamp, perwakilan Suez, perwakilan Kairo, serta mendampingi pengawasan wilayah (yang dilakukan tim khusus dari Soviet) dalam patroli pesawat udara.

Sumber: Koleksi Museum UGM

Perwakilan Kontingen Garuda VIII dari Menwa UGM antara lain:

Gelombang I Wajib Militer :
1. Djoko Prasetyo – Fakultas Ekonomi
2. Sudarmanu – Fakultas Peternakan
3. Bambang Sapri Supriyo – Fakultas Kedokteran Umum
4. Handri Ari Effendi – Fakultas Ilmu Budaya
5. Sudjianto – Fakultas Kedokteran Gigi

Gelombang II Wajib Militer :
1 Nur Syahrir Rahardjo – Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
2 YB. Ananto – Fakultas Ekonomi
3 Nugroho – Fakultas Geografi

Penugasan ini dilakukan selama 7 bulan di Sinai, Timur Tengah. Terdiri atas bidang:

  1. Detachment Section
  2. Communications
  3. Supplies
  4. Transporting
  5. Engineering
  6. Maintenance
  7. Medical Section
  8. UNEF Liaison
  9. Military Police

Penulis : Narezwari Nindya

Editor   : Keysha Aisah Mayrifa

PTM: Pengerahan Tenaga Mahasiswa sebagai Bentuk Pengabdian dan Perjuangan

Trivia Monday, 2 June 2025

Pengerahan Tenaga Mahasiswa merupakan pendahulu adanya Program KKN yang ada di UGM. Pada awal tahun 1950 Prof. Koesnadi Hardjosoemantri yang saat itu masih menjadi mahasiswa mengajak kawan-kawannya sesama tentara pelajar yang berjumlah 8 orang. Prof. Koesnadi Hardjosoemantri yang saat itu masih menjadi mahasiswa Fakultas Hukum didukung kuat kawan seperjuangannya di Tentara Pelajar, menawarkan sebuah gagasan pada Rektor (Prof. Dr. Sardjito) bernama Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM). Hal ini didasari pada keperihatianan sekumpulan mahasiswa tersebut mengenai kondisi Indonesia yang banyak kehilangan tenaga pengajar selama perang kemerdekaan.

Bersama doa dan tekat kuat serta restu dari universitas akhirnya kedelapan orang tersebut termasuk Prof. Koesnadi berangkat keluar Pulau Jawa menjadi guru. Dua tahun pengabdian tersebut membuahkan hasil munculnya Sekolah Mengengah Atas di berbagai tempat dan meyulut keinginan belajar anak bangsa. Mahasiswa PTM yang telah berjuang selama 2 tahun tersebut diberikan sertifikat mengajar sebagai tanda jasa. Vandel PTM disini merupakan bentuk eratnya ikatan dari 16 orang yang diterjunkan pada gelombang kedua, tahun 1952.

 

Penyempurnaan PTM dilakukan pada tahun 1971, ketika Prof. Koesnadi Hardjosoemantri menjabat sebagai Direktur Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). Beliau mengusulkan program KKN menjadi kegiatan intra-kulikuler pilihan. Universitas yang menjadi perintis antara lain Universitas Gadjah Mada, Universitas Andalas, dan Universitas Hasanuddin. 

Prof. Koesnadi Hardjosoemantri

Pada tahun 1979, program KKN diramu ulang menjadi hanya dua bulan dan diwajibkan bagi mahasiswa UGM. KKN diharapkan menumbuhkan daya juang, perhatian mahasiswa pada sesama, dan sebagai pelatihan untuk terjun dimasyarakat. 

Namun, sayangnya istilah KKN sering digunakan untuk istilah lain sehingga membuat Prof. Koesnadi sedih. Maka dari itu penyempurnaan terakhir ialah menjadikan sebagai KKN-PPM (Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pengabdian Masyarakat). 

Semangat juang ini haruslah tetap diabadikan dan diteruskan untuk mahasiswa generasi berikutnya. Walaupun Pengerahan Tenaga Mahasiswa dulunya sempat terpaksa berhenti karena gerakan separatis yang menggugurnya mahasiswa UGM. UGM kembali bangkit bersama semangat yang sama untuk ditularkan ke generasi mendatang oleh Prof. Koesnadi.

 

KKN umumnya ditempuh dalam waktu yang cukup lama sebulan hingga dua bulan. Apapun bisa terjadi, cerita-cerita yang dibawa oleh mahasiswa dari suatu daerah. KKN pada dasarnya bentuk kecil dari perhatian Universitas pada daerah-daerah di Indonesia. Sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi: Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian masyarakat. KKN merupakan bentuk yang menggelora di setiap hembusan Universitas Gadjah Mada.

Mari kita sedikit merenungkan bagi yang baru masuk kuliah persiapkan diri untuk nantinya terjun dimasyarakat. Bagi yang sudah menjalani KKN apakah masih ada rasa yang tertinggal, apakah pesan perjuangan Prof. Koesnadi dan kawan-kawan Tentara Pelajar mengena dihati? 

Sumber Foto : Arsip UGM

Penulis           : Irfan Waskitha Adi

Editor             : Keysha Aisah Mayrifa

 

Berjuang Bersama DERU UGM Lewati Pandemi Covid-19

Trivia Monday, 2 June 2025

Trivia Muse kali ini akan membahas tentang Disaster Response Unit Universitas Gadjah Mada (DERU UGM). Nah, Sobat Muse, DERU UGM sendiri merupakan unit tanggap bencana di bawah Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UGM. Tujuan didirikannya DERU adalah sebagai lembaga resmi UGM yang merespon setiap bencana di Indonesia, menaungi mahasiswa UGM yang berminat menjadi relawan, dan berperan sebagai penerima dan penyalur bantuan, baik berupa barang maupun uang. Kegiatan DERU tidak sebatas sebagai relawan saat terjadi bencana, tetapi juga mitigasi bencana hingga pemulihan semua aspek pelayanan publik pasca bencana. 

Seperti pada 2021 lalu, pandemi COVID-19 menjangkit hampir seluruh Indonesia. Sekilas pembahasan mengenai COVID-19, menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020, pandemi COVID-19 teridentifikasi sebagai jenis bencana non-alam. Dampaknya cukup besar tidak hanya pada dunia kesehatan, melainkan juga perekonomian dan bidang sosial.

UGM pun bertekad menjadi menara penyalur bantuan dan komando dalam berjuang melawan pandemi melalui DERU. Tidak hanya sebatas di DIY dan Pulau Jawa, namun juga di luarnya. Pendistribusian vitamin, peralatan dan perlengkapan penanganan COVID-19 telah dilakukan DERU untuk 395 Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang tersebar di 22 provinsi.

Bersama Songgo Jogja (Sonjo), dan para donatur lainnya; PT Sinde Budi Sentosa, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Kafegama, DERU telah menyalurkan bantuan di berbagai shelter DIY. Bantuan tersebut berupa Alat Perlindungan Diri (APD), kemudian ada disinfektan, tensimeter, oximeter, thermogun, hand sanitizer, sembako, kasur, sampai peti jenazah. 

Antisipasi terhadap COVID-19 juga dibantu oleh mahasiswa KKN setiap daerah kerja mereka. Selain menyuplai alat medis, UGM bersama DERU juga menggiatkan UMKM untuk memproduksi APD dan face shield di awal pandemi, tidak terkecuali sabun dan hand sanitizer. Saat ini pandemi sudah berakhir, DERU kembali pada aktivitasnya seperti workshop dan pelatihan, terjun ke wilayah bencana banjir, tanah longsor, Erupsi, di seluruh Indonesia sembari tetap tanggap terhadap COVID-19.

Saat ini pandemi COVID-19 sudah berakhir, DERU kembali melakukan kegiatan rutinnya, seperti workshop dan pelatihan, terjun ke wilayah bencana banjir, tanah longsor, maupun erupsi diseluruh Indonesia. Berikut beberapa amunisi COVID-19 yang di pamerkan di Museum UGM:

Sumber: Koleksi Museum UGM

Sumber:

N, S. A. (2021). DERU UGM Kembali Salurkan Bantuan Untuk Penanganan Covid-19. Berita – Universitas Gadjah Mada. https://ugm.ac.id/id/berita/21354-deru-ugm-kembali-salurkan-bantuan-untuk-penanganan-covid-19/

Redaksi Lines. (2021). Percepat Penanganan Covid-19, DERU UGM Salurkan Bantuan di 22 Provinsi. Lines.id. https://www.lines.id/pendidikan/l-16191/percepat-penanganan-covid-19-deru-ugm-salurkan-bantuan-di-22-provinsi/

Tentang DERU. (2015). Universitas Gadjah Mada Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat. https://pengabdian.ugm.ac.id/tentang-deru/

Penulis : Assyifa Dewiayunda

Editor  : Keysha Aisah Mayrifa

Mobil Bimasakti: Memacu Kecepatan Di Jalan Perjuangan

Trivia Friday, 25 April 2025

Di sudut Gedung D7 Museum UGM terdapat mobil formula mahasiswa dengan nama Bimasakti. Mobil yang ditampilkan merupakan generasi 1 yang menyimpan  cerita tentang perjuangan yang telah dilakukan oleh tim mobil formula Bimasakti dalam pengembangan Bimasakti generasi 1 hingga generasi paling baru, yaitu generasi ke-13. Mobil Bimasakti dibuat untuk menjunjung martabat bangsa dengan berkompetisi mengadu kelihaian dalam adu kecepatan, teknik, dan beberapa kategori lainnya dengan mahasiswa-mahasiswa di seluruh  dunia pada gelaran Formula Students.

Tim Mobil Formula Bimasakti dibentuk pada 26 November 2010 oleh mahasiswa program studi Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada sekaligus menjadi tim mobil formula mahasiswa pertama di Indonesia dan meluncurkan mobil formulanya untuk pertama kali pada tanggal 19 Juli 2011. Hingga saat ini, Tim Bimasakti sudah mencapai generasi ke-13. 

Perjalanan kesuksesan Tim Bimasakti melalui proses yang panjang dari generasi ke generasi. Meskipun demikian, setiap generasi pastinya memiliki pencapaian yang membanggakan. Contohnya, generasi pertama Tim Bimasakti berhasil menjadi tim pertama dan satu-satunya dari Indonesia yang berkompetisi dengan tim-tim dari Jepang, Australia, Thailand, China, India, Korea, dan Pakistan dalam ajang The 9th Student Formula SAE of Japan 2011 di ECOPA (Ogasayama Sports Park) Jepang, pada tanggal 5-9 September 2011. Tim Bimasakti bahkan ditunjuk langsung oleh Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia sebagai perwakilan Indonesia pada saat itu.  

Termotivasi dari generasi pertama, Tim Bimasakti generasi kedua kembali mengembangkan mobil tersebut. Dengan kreativitas dan kecermatan anggota, terwujudlah mobil dengan versi lebih upgrade dari segi mesin dan desain. Hal itu mengantarkan Tim Bimasakti generasi kedua untuk kembali bersaing dalam kompetisi The 10th Student Formula SAE Competition of Japan 2012, yang diadakan di tempat yang sama seperti tahun sebelumnya, yaitu ECOPA (Ogasayama Sport Prak, Shizuoka World Cup Stadium), Aino-City, Shizuoka-ken, Jepang, dari tanggal 3-7 September 2012. 

Melanjutkan jejak dua generasi sebelumnya, Tim Bimasakti generasi ketiga kembali dengan desain formula baru yang bergaya Eropa, serta peningkatan performa komponen mesin. Kompetisi The 11th Student Formula SAE Competition of Japan 2013 tentu saja tidak terlewatkan dari agenda mereka. Masih diadakan di ECOPA (Ogasayama Sport Park, Shizuoka World Cup Stadium), Aino-City, Jepang, pada tanggal 3-7 September 2013, Tim Bimasakti turut berpartisipasi melawan 78 tim dari berbagai negara.

Tahun 2016 adalah waktunya generasi kelima Tim Bimasakti untuk bersinar. Kompetisi The 14th Japan SAE Formula Competition 2016 yang diadakan oleh Japan Society of Automotive Engineer menjadi ajang bagi mereka untuk unjuk gigi. Tim Bimasakti generasi kelima sebagai perwakilan Indonesia saat itu mendapatkan peringkat tertinggi di antara negara Asia Tenggara lainnya, dengan peringkat 26 dari keseluruhan penilaian, 3rd place ICV (Internal Combustion) Efficiency Category, juga 3rd Overseas Tema terbaik yang berasal dari luar Jepang. 

Untuk kembali bergabung di kompetisi selanjutnya, Tim Bimasakti generasi keenam mengembangkan mobil formula dengan memperhatikan desain yang ringan, gesit, efisien, dan ergonomi. Setelah hampir satu tahun persiapan, kerja keras mereka akhirnya terbayar dalam kompetisi Student  Formula Japan 2017. Mobil formula Tim Bimasakti berlaga di kelas Internal Combustion Vehicle (ICV) dan berhasil meraih  predikat 2nd Best Design in Southeast Asia, Top 5 Business Presentation, peringkat 45 dalam Cost & Manufacturing  dari 98 tim , serta peringkat 31 dalam Design Event.

Generasi ketujuh Tim Bimasakti membawa angin segar dengan prestasinya pada Formula Student SAE Jepang yang diadakan pada tanggal 4-8 Desember 2018. Dari 98 tim yang berkompetisi, Tim Bimasakti berhasil meraih peringkat ketiga dalam Business Presentation serta JAMA CHAIRMAN AWARD karena berhasil melewati semua rangkaian perlombaan tanpa nilai penalti. Mereka juga mendapatkan 1st Place Endurance Event from Southeast Asia, 10th Place Skidpad Event, dan secara keseluruhan mendapatkan peringkat ke-26. Ini membuktikan bahwa Tim Bimasakti selalu berkembang di setiap generasinya dengan peningkatan yang signifikan. 

Generasi baru, gebrakan baru. Mobil Formula Tim Bimasakti generasi kedelapan kembali dengan performa yang baru. Berbagai riset dan uji coba dilakukan, seperti eksperimen heat transfer pada radiator, pengembangan penggunaan cascade front wing, peningkatan launch control dan gear ignition cut. Akhirnya, mobil tersebut diselesaikan pada April 2019 setelah melalui test drive rutin. Semua usaha itu tentu saja membuahkan hasil yang manis. Pada kompetisi otomotif International Student Formula Japan 2019 yang diadakan oleh Society of Automotive Engineers pada tanggal 27-31 Agustus 2019, Tim Bimasakti generasi kedelapan berhasil membawa pulang beberapa penghargaan, antara lain JAMA Chairman Award, 1st Place Student Formula Team in Indonesia, Top 6 Overseas team, Top 8 SkidPad, Top 5 Presentation, Top 3 Design Overseas, serta Outstanding Performance Award. Ini menjadikan mereka satu-satunya tim dari Indonesia yang mendapatkan award tersebut. Meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi selama kompetisi, seperti perbedaan iklim dan cuaca, mereka telah mampu mengatasinya dengan sangat baik. 

Tantangan kali ini yang dihadapi oleh Tim Bimasakti generasi kesembilan adalah pandemi Covid-19. Mobil sudah dipersiapkan sejak tahun 2019 untuk kompetisi yang akan diadakan pada tahun 2020. Namun, karena pandemi, kompetisi tersebut diubah menjadi kompetisi daring. Persiapan mereka tetap dilakukan secara maksimal, mulai dari penelitian tentang fatigue system dan life cycles dari upright, serta riset launch control dan gear ignition. Formula Student SAE Australasia 2022 yang diadakan pada tanggal 11-16 Desember 2020 menjadi ajang pembuktian bahwa pandemi tidak menghalangi mereka untuk berprestasi. Tim Bimasakti generasi kesembilan berhasil menyabet 9th Place Design Event, 4th Place Cost Event, 3th Place Business Event, sehingga menjadikan mereka peringkat ke-5 secara keseluruhan.

Pada tahun 2021, Tim Bimasakti generasi kesepuluh kembali menunjukkan kemampuan dan kreativitasnya dengan berpartisipasi dalam Formula Bharat Virtual yang diselenggarakan di India. Dalam kompetisi yang penuh tantangan ini, mereka berhasil meraih prestasi yang membanggakan dengan mendapatkan peringkat 4th Business Event, 10th Engineering Design Event, dan secara keseluruhan berhasil menduduki peringkat kedelapan. Hasil ini menunjukkan bahwa Tim Bimasakti terus berkomitmen untuk mengembangkan kemampuan dan meningkatkan prestasi dalam bidang teknologi otomotif.

Prestasi terakhir yang didapatkan oleh Tim Bimasakti generasi kesebelas adalah saat bertanding dalam kompetisi Formula Student Netherlands (FSN) 2022 di Belanda, tepatnya di TT Circuit Assen, di mana mereka berhasil membawa pulang beberapa gelar. Ada cerita tentang perjuangan Tim Bimasakti untuk berangkat bertanding di FSN (Formula Student Netherlands) TT Circuit Assen. Dalam foto-foto postingan Instagram Tim Bimasakti, terdapat tulisan “MODAL NEKAT” di spoiler mobil formula. Pendanaan Tim Bimasakti belum dapat tercukupi hingga satu bulan sebelum berangkat ke Belanda. Anggota Tim Bimasakti bersusah payah mencari pendanaan hingga akhirnya dapat tercukupi di detik-detik akhir keberangkatan. 

Perjuangan itu belum selesai saat sampai di Belanda. Dalam inspeksi kendaraan Formula, mobil tersebut sebenarnya belum memenuhi kriteria untuk pertandingan. Namun, dengan usaha kuat dan modal nekat, tim Bimasakti memperbaiki mobil selama 3 hari hingga akhirnya lolos uji kelayakan dan diberi penghargaan “Golden Figther Award” atas kegigihan mereka. Pada gelaran FSN ini, secara keseluruhan Tim Bimasakti mendapatkan “Golden Fighter Award”, “1st place business Plan”, “6th Enginering Desain”, “11th Cost and Manufacturing Event”, dan secara keseluruhan pada di posisi 7. 

Mempertahankan prestasi sebelumnya, generasi kedua belas Tim Bimasakti dalam Formula SAE Italy 2023 juga berhasil menyabet tempat pertama kategori Business Plan Presentation, mengalahkan 78 tim lainnya yang mengikuti kompetisi tersebut. Hal itu menjadikan UGM sebagai pemecah rekor tim formula student Indonesia yang dua kali berturut-turut berhasil  menduduki 1st place di kategori Business Plan Presentation. Selain itu, mereka juga berhasil menjadi Top 5 Endurance, Top 6 Acceleration, Top 5 Skidpad, Top 5 Autocross, dan berada pada posisi kedelapan secara keseluruhan. Semua itu tentunya didapat dengan usaha dan perjuangan anggota tim yang terlibat, serta dukungan dari sponsor yang mendanai. 

Terbaru dari Tim Bimasakti, generasi ketiga belas kembali bersaing dengan 110 tim dari 26 negara dalam kompetisi Formula Student Spain 2024. Mereka dianugerahi penghargaan “Formula Student Spain Spirit”, dengan perolehan 10th place Autocross, 6th place Business Plan Presentation, 7th place Cost and Manufacturing Event, 9th place Design Event, 12th place Acceleration, 9th place Skidpad, menjadikan mereka berada di posisi kesembilan secara keseluruhan. Kerja keras mereka selama berbulan-bulan telah terbayarkan dengan pencapaian yang membanggakan tersebut. 

Semua perjuangan dan usaha dari setiap generasi Tim Bimasakti berkontribusi banyak pada peningkatan performa dan prestasi mereka. Mencetak sejarah di dunia teknologi otomotif Indonesia, prestasi mereka tidak hanya mengharumkan nama almamater tetapi juga bangsa, di kancah internasional. Dengan berfokus pada pengembangan teknologi otomotif, khususnya mobil formula, Tim Bimasakti memiliki peran signifikan dalam mengembangkan riset beserta manufaktur mobil formula. Selain itu, Mobil Formula Tim Bimasakti merupakan hasil nyata dari proses gotong royong dan kolaborasi antar anggota tim yang sangat mencerminkan nilai-nilai Indonesia. Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa  masa depan bidang teknologi otomotif di Indonesia cukup cerah dengan kehadiran Tim Bimasakti Universitas Gadjah Mada.

Sumber Foto: Koleksi Museum UGM

Penulis: Wildan Kasyfi Zulizar, Niluh Evita Suci Saraswati, dan Keysha Aisah Mayrifa

Editor  : Niluh Evita Suci Saraswati, Keysha Aisah Mayrifa

Perjuangan Mahasiswa dalam Melestarikan Warisan Dunia

Trivia Wednesday, 23 April 2025

Dahulu mahasiswa tidak hanya kuliah namun juga berjuang. Perjuangan mahasiswa pun macam-macam bentuknya. Seperti halnya Drs. Mohammad Romli yang berjuang dalam pelestarian warisan dunia Candi Borobudur ketika masih menjadi mahasiswa. 

Seperti kita ketahui bahwa Candi Borobudur merupakan Warisan Dunia yang telah diakui UNESCO sejak tahun 1991. Perjalanan panjang telah dilewati hingga akhirnya Candi Borobudur dapat kita saksikan berdiri megah seperti saat ini. 

Sejak ditemukan pertama kali oleh  Thomas Stamford Raffles pada tahun 1814, Candi Borobudur telah mengalami dua kali pemugaran. Pemugaran pertama dilakukan pada tahun 1907-1911 oleh pemerintah Hindia-Belanda dipimpin oleh seorang teknisi sipil militer bernama Theodor Van Erp.

Pada tahun 1969 atas desakan dari Pak Soekmono, Kepala Lembaga Purbakala saat itu, UNESCO menyatakan siap membantu penyelamatan Borobudur, menghimpun dana melalui kampanye internasional,  dan menunjuk tenaga ahli dalam berbagai bidang untuk pemugaran Borobudur yang kedua.

Tahun 1973 tepatnya pada 10 Agustus 1973 proyek “Pemugaran ke-2 Candi Borobudur” dimulai. Sekitar 600 orang yang menjadi tenaga kerja proyek mulai digerakkan dengan tenaga penuh. Pada kegiatan inilah Pak Romli, yang saat itu statusnya masih mahasiswa Jurusan Arkeologi UGM terlibat aktif. 

Sesuai kesepakatan kerjasama dengan UNESCO, dimana proyek ini harus selesai dalam 10 tahun, maka Pak Romli yang pada saat itu sedang mengerjakan skripsi harus merelakan masa studinya karena tengah membantu proyek pemugaran dan diharuskan berhenti dari segala aktivitas perkuliahan. Skripsi beliau pun ditulis diam-diam di tengah kesibukan menjalani tugas dalam proyek pemugaran. 

Pak Romli yang saat itu telah bergelar Sarjana Muda dan dalam proses mengerjakan skripsi, tengah bekerja sebagai tenaga harian di LPPN (Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional) dan mulai sering ke lapangan. Sejak tahun 1972, Pak Romli dan beberapa rekan mahasiswa ditugaskan untuk membantu mulai dari persiapan hingga pelaksanaan pemugaran Candi Borobudur. 

Berbekal pengalaman beliau di lapangan selama bekerja di LPPN maka awalnya Pak Romli dipercaya menjadi koordinator lapangan bagi para petugas pemugaran candi seperti zoeker (pencari batu) dan stellar (penyusun coba batu). Setelah itu Pak Romli mendapat amanah baru untuk menjadi Kepala Sektor Dokumentasi. 

Banyak orang yang telibat dalam Pemugaran ke-2 Candi Borobudur mulai dari petugas kebersihan hingga para pimpinan. Untuk mengapresiasi orang-orang yang terlibat dalam kegiatan ini, Direktorat Jendral Kebudayaan memahat sebanyak 698 nama-nama orang yang terlibat dalam pemugaran pada sebuah prasasti termasuk nama Pak Romli pada baris kedua bagian dokumentasi. Prasarti ini diresmikan oleh Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim di sela rangkaian kegiatan pertemuan tingkat menteri kebudayaan G20 atau G20 Culture Ministers Meeting di Pelataran Kenari, Kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada Selasa, 13 September 2022.

Pada peristiwa Pemugaran ke-2 Candi Borobudur, UGM sebagai sebuah universitas memiliki banyak kiprah di dalamnya seperti mengirimkan ahli dalam berbagai bidang untuk memberikan sumbangan pemikiran dan pelatihan. Tidak terkecuali mahasiswanya pun turut berperan. Meneladani semangat Pak Romli, marilah kita, terutama para mahasiswa, untuk turut serta dalam berbagai usaha pelestarian warisan budaya Indonesia maupun dunia.

Sumber :

Adrisijanti, P. I., 2022. Peran Pak Romli sebagai Mahasiswa dalam Pemugaran ke-2 Candi Borobudur [Interview] (21 September 2022).

Kemdikbud, 2022. Kemdikbud. [Online]
Available at: https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2022/09/kisah-pemugaran-candi-borobudur-teknologi-memegang-peranan-penting
[Accessed 21 September 2022].

Romli, D. M., 2022. Peran Pak Romli sebagai Mahasiswa dalam Pemugaran Ke-2 Candi Borobudur [Interview] (21 9 2022).

Sumber Foto: Wikipedia

Penulis: Nurkhasanah Eka Riyani

Editor  : Keysha Aisah Mayrifa

Civitas Academica UGM Menggelar Road Show Kongres SEJAGAD di Museum UGM

Berita Tuesday, 22 April 2025

Civitas academica Universitas Gadjah Mada berinisiasi mendirikan organisasi Serikat Pekerja Universitas Gadjah Mada (SEJAGAD) yang direncanakan akan diresmikan dalam Kongres Pembentukan SEJAGAD pada Jum’at (25/04). SEJAGAD memfokuskan pada isu-isu yang terkait dengan  penjaminan hak dan kewajiban pekerja di lingkungan UGM. Pada Kamis (17/04) Komite Persiapan Serikat Pekerja Universitas Gadjah Mada, menyelenggarakan Roadshow Kongres SEJAGAD di Museum UGM dengan agenda Presentasi Hasil Survei Kesejahteraan di UGM.

I Made Andi Arsana, M.E., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Teknik Geodesi UGM yang turut hadir sebagai penanggap presentasi Hasil Survei Kesejahteraan di UGM pada acara roadshow pra-kongres SEJAGAD, menyampaikan insiasi dibentuknya serikat pekerja di lingkungan UGM adalah hal yang menarik. “Secara umum serikat pekerja di dunia akademisi tidak sepopuler serikat pekerja pada bidang pekerjaan umum. Namun, misalnya saja di California, USA bahkan asisten dosen memiliki serikat pekerja tersendiri. Ini kan menarik”, pungkasnya.

Dalam penjelasannya tentang wacana dibentuknya SEJAGAD, I Made Andi Arsana, M.E., Ph.D. juga menyebutkan bahwa serikat ini mungkin akan mengganggu bagi pekerja yang sudah mentargetnya pekerjaan secara rinci. Kendati demikian, hal ini tidak menutup kemungkinan dengan adanya serikat pekerja justru menjadi jembatan bagi pekerja dengan pimpinan universitas dalam membangun dialog aktif terhadap isu-isu pekerja di lingkungan UGM.

Berbagai isu terkait ketenagakerjaan di lingkungan universitas sejatinya menjadi sebuah isu yang patut untuk ditindaklanjuti. Serikat pekerja di lingkungan universitas masih belum menjadi hal yang familiar, sehingga memunculkan masalah internal di dalam lingkup kerja universitas yang akhirnya memberikan efek negatif kepada pekerja baik secara fisik maupun mental.

Menaggapi isu terkait tupoksi kerja pekerja di lingkungan universitas, Pak Rere menyebutkan bahwa “Komposisi pekerjaan yang ditegakkan ini belum jelas, sehingga porsi pekerjaan seharusnya berapa persen atau berapa banyak belum bisa dipahami dengan baik sehingga mengakibatkan adanya efek dari ketidaksimbangan tupoksi kerja atau pembagian kerja yang jelas.”

Serikat ini ada untuk merangkul pekerja lintas fakultas dan elemen kampus serta sebagai media menyampaikan aspirasi agar terbentuk komunikasi yang aktif dan positif di berbagai tingkatan jabatan struktural. Hal ini kemudian dapat dimakani sebagai masukan kolektif bagi pimpinan universitas maupun pimpinan pusat pemerintahan untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak pekerja di lingkungan akademisi dan universitas, khususnya di UGM.

Penulis: Wina Sulistyo

Sumber Foto: Dokumentasi Museum UGM

Reformasi: Perjuangan Mahasiswa Mendewasakan Bangsa

Trivia Monday, 21 April 2025

Sejak dulu, mahasiswa tidak hanya kuliah, tetapi juga berjuang. Banyak cara yang dilakukan   mahasiswa untuk mewujudkan perjuangannya. Pada masa Agresi Belanda II misalnya, mahasiswa Universitas Gadjah Mada dengan suka rela “meninggalkan bangku kuliah,” sigrak, menyingsingkan lengan baju,  cancut taliwondo mengambil peran aktif dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan negara.  

Sebagai universitas perjuangan yang lahir dalam kancah revolusi, Sivitas Akademika UGM memiliki jiwa perjuangan di segala lini, selalu siaga  menjadi salah satu elemen  dalam beragam peristiwa perjuangan Bangsa Indonesia, termasuk pada saat NKRI mengalami krisis kepercayaan terhadap Orde Baru. 

Mahasiswa bangkit,  menyuarakan kegerahannya terhadap  pemerintahan Orde Baru, melalui gerakan yang kemudian dikenal sebagai Gerakan Reformasi. Perjuangan  tidak dilakukan dengan mengangkat senjata, melainkan dengan  aksi demonstrasi,   penyelenggaraan forum-forum ilmiah, penyampaikan sikap, penyampaian rekomendasi, dan pemberitaan yang menjadi ciri warga kampus.

Perjuangan melalui Reformasi di UGM yang dilakukan oleh mahasiswa  mendapat dukungan dari berbagai pihak.  Civitas akademika, bahkan  Dharma Wanita UGM yang digawangi oleh Ibu Tuti Loekman Soetrisno, Ibu Ichlasul Amal, Ibu Koesnadi, Ibu Suryo Guritno,   bergabung dengan mahasiswa untuk melakukan orasi di halaman Auditorium Graha Sabha Pramana. Dan yang tidak kalah pentingnya ialah dukungan Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Sri Sultan Hamengku Buwono X Menyampaikan Orasi dalam Aksi Tahun 1998
Sumber: Khazanah Arsip Statis Arsip UGM 

Perjuangan melalui Reformasi di UGM yang dilakukan oleh mahasiswa  mendapat dukungan dari berbagai pihak.  Civitas akademika, bahkan  Dharma Wanita UGM yang digawangi oleh Ibu Tuti Loekman Soetrisno, Ibu Ichlasul Amal, Ibu Koesnadi, Ibu Suryo Guritno,   bergabung dengan mahasiswa untuk melakukan orasi di halaman Auditorium Graha Sabha Pramana. Dan yang tidak kalah pentingnya ialah dukungan Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Pisowanan Agung di Pagelaran Keraton Yogyakarta: Sultan HB X membacakan Maklumat mengajak seluruh Rakyat Indonesia mendukung Reformasi.

Foto: Demonstan.com

Foto: Kompas.com.

Dengan ikat kepala kain putih bertuliskan Reformasi mahasiswa dapat menarik massa untuk berjuang, demi  pemerintahan  bersih, yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Republika edisi 12 Maret 1998 mewartakan  demonstrasi besar-besaran yang diikuti ribuan mahasiswa di Kampus UGM.  Reformasi telah mengubah sejarah Indonesia dan melahirkan lanskap baru politik Indonesia yang demokratis. Mahasiswa UGM memberikan kontribusi di dalamnya.  

 

Ikat kepala Reformasi

 Foto: Istimewa

Koleksi ikat Kepala Reformasi Koleksi Museum UGM

Adalah drg. Ika Dewi Ana, M.Kes.,Ph.D., salah seorang pelaku sejarah dalam peristiwa Reformasi, yang meneruskan perjuangannya melalui perannya sebagai dosen dan peneliti, sehingga  mendapat penghargaan  “Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa” dari  Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek Dikti) pada 2015. Semoga trivia kali ini menginspirasi.  

Kontribusi Karya dalam Perjuangan membangun Negeri

Foto : ugm.ac.id.

Rekaman Peristiwa Reformasi dalam Karya Seni Wayang Beber, 

Karya Indra Suroinggeno. Koleksi: Museum UGM

 

Sumber:

Raditya, Iswara N, 2019.  “Sejarah Demo Mahasiswa Turunkan Presiden Tahun 1998 di Yogyakarta”, https://tirto.id/eiDX

Musliichah,      2022. Menelusuri_Jejak_UGM_dalam_Gerakan_Reformasi_Indon.pdf

Anonim, 2018. “Forkom UGM Gelar Peringatan 20 Tahun Reformasi. https://www.ugm.ac.id/id/berita/16251-forkom-ugm-gelar-peringatan-20-tahun-reformasi

Foto sampul: Mahasiswa UGM dan Pelajar dalam  Aksi Reformasi  1998. (Sumber: Khazanah Arsip Statis Arsip UGM)

Penulis : Dra. Djaliati Sri Nugrahani, M.A.

Editor   : Keysha Aisah Mayrifa

Pembukaan Pameran Temporer “Fighters Inside Our Dreams: UGM’s Social and Humanity Contributions to SDGs

Berita Wednesday, 6 November 2024

Pada Selasa, 5 November 2024 telah dibuka Pameran Temporer tahunan Museum UGM yang berjudul “Fighters Inside Our Dreams: UGM’s Social and Humanity Contributions to SDGs”. Pameran ini dibuat dalam rangka memperingati 11 tahun Museum UGM yang akan berlangsung mulai 5 November-19 Desember 2024.

Pameran ini dibuka oleh Direktur Direktorat Pendidikan dan Pengajaran UGM, Prof. dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med.Ed, Ph.D., didampingi oleh Ketua Barahmus DIY, Dr. Hajar Pamadhi, M.A. (Hons), dan Ketua Pengelola Museum UGM, Dr. Tjahjono Prasodjo, M.A. Pembukaan pameran ini turut dihadiri oleh perwakilan Dinas Kabupaten Kundha Kabudayan Kabupaten Sleman, perwakilan museum di lingkungan UGM, perwakilan museum di DIY, partisipan pameran temporer, Mandira Heritage Group, Ganeshandra, SDGs center UGM, serta Perpustakaan dan Arsip UGM.

Pameran “Fighters Inside Our Dreams: UGM’s Social and Humanity Contributions to SDGs” menceritakan tentang kontribusi tokoh-tokoh UGM di bidang sosiohumaniora yang terkait dengan yang sekarang dicanangkan sebagai SDGs (Sustainable Development Goals). Pameran ini juga diharapkan menginspirasi generasi muda untuk turut berkontribusi dalam pencapaian SDGs.

 

 

Prof. Herman Johannes: Ilmuwan, Pembuat Bom, dan Pahlawan Nasional Indonesia

ArtikelTokoh Sunday, 18 August 2024

Kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran seorang Johan dari tanah Rote. Ungkapan bahwa nama adalah doa memang benar adanya. Johan yang berarti pahlawan (KBBI) rasanya tepat untuk menggambarkan sosok Prof. Herman Johannes yang menjadi salah seorang aktor  dibalik layar Kemerdekaan Indonesia. Kepiawaiannya dalam bidang ilmu kimia dan fisika menjadikannya menghasilkan “ramuan ampuh” untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

 

 

Pada  5 November 1945, Prof. Herman Johannes mendapat Surat Perintah untuk menjadi tenaga ahli dan diangkat sebagai kepala laboratorium persenjataan Markas Tertinggi Tentara Yogyakarta (1946). Pangkat beliau waktu itu ialah Mayor, diberikan oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Laboratorium persenjataan yang dipimpin Prof. Herman Johannes berhasil memproduksi bahan peledak, seperti bom dan granat yang digunakan untuk menghancurkan akses masuk pasukan Belanda menuju wilayah Yogyakarta, salah satunya adalah jembatan kereta api Kulon Progo. 

Dibalik peristiwa Kemerdekaan Indonesia yang mengemparkan, ada satu fakta menarik yang jarang diketahui publik: Prof. Herman Johannes, yang akrab dipanggil Pak Jo, bersama mahasiswa dari asrama Prapatan No. 10, menjadi dalang dibalik tersebarluasnya berita Kemerdekaan Indonesia yang berlalu lalang via siaran radio. Pak Jo memberikan sejumlah peralatan dari laboratorium fisikanya kepada para mahasiswa untuk membuat pemancar radio darurat. Karena sedang bersama mahasiswa membuat pemancar radio itu, maka Prof. Herman Johannes tidak bisa hadir dalam  pembacaan Teks Proklamasi di Pegangsan Timur 56.

Buah pikir Johan Tanah Rote bernama Herman Johannes  telah  memberikan kontribusi pada penguatan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka. Tidak hanya itu, Rektor ke-2 UGM ini menjadi panutan yang memberikan contoh nyata implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat) melalui ilmu, kegigihan, rasa empati, nasionalisme, serta sikap patriotisme. Apa yang Herman Johannes lakukan semasa hidupnya bagi bangsa, selayaknya menjadi isnpirasi bagi generasi masa kini dan yang akan datang. Atas jasanya itulah, pada tahun 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahi Prof. Dr. Ir. Herman Johannes sebagai Pahlawan Nasional. Sejak tahun 2016, beliau juga diabadikan dalam pecahan uang logam Rp 100,-

Gelora Juang Seorang Johan dari Tanah Rote dapat Sobat Muse jadikan teladan dan panutan dalam memaknai kemerdekaan secara lebih luas untuk mengembangkan diri dan mengimplementasikan secara nyata untuk bangsa. Bangkitlah para harapan bangsa Kampus Perjuangan UGM, gelegarkan semboyanmu ‘mengakar kuat menjulang tinggi’!

Kartini-kartini Hebat Kampus Kerakyatan

Artikel Sunday, 21 April 2024

Bulan April identik dengan Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April. Kartini seorang perempuan yang memiliki intelektualitas tinggi. Intelektual yang dimiliki Kartini menjadikan beliau seorang inspirator besar bagi perempuan masa kini. Kebebasan intelektual yang digalakkan Kartini mampu membuat gebrakan baru dalam menyetarakan hak-hak perempuan, serta membangun peran penting perempuan Indonesia dalam menggerakkan roda kehidupan di berbagai bidang termasuk di lingkungan universitas. Beberapa “Kartini Hebat” lahir dan tumbuh di kampus kerakyatan UGM. Siapa aja sih “Kartini Hebat” dari UGM yang dimaksud? Yuk kepoin postingan kami setiap Hari Kamis mulai bulan April-Juni di segmen “Kartini-kartini Hebat Kampus Kerakyatan”

 

Prof. drg. Ika Dewi Ana, M.Kes., Ph.D.

Sobatmuse, Kartini Hebat Kampus Kerakyatan yang akan kita bahas sekarang adalah Prof. drg. Ika Dewi Ana, M.Kes.,Ph.D. atau sering disapa ibu Ika. Beliau merupakan salah satu wanita inspiratif yang memiliki peran penting bagi dunia kedokteran gigi di Indonesia. Doktor lulusan Universitas Kyushu, Jepang ini memiliki segudang penghargaan di bidang kesehatan. Tidak dapat diragukan lagi kiprah beliau dapat dibuktikan melalui 4 paten yang sangat berpengaruh dalam dunia kedokteran gigi modern seperti graft tulang, spons hemostatis dan tiga yang lainnya berkenaan dengan pemanfaatan dengan sintesis karbonat apatit. Salah satu paten beliau saat ini sudah termasuk dalam e-katalog yang ada di BPJS.

 

 

 

Dr. Eng. Ir. Laretna Trisnantari Adhisakti, M.Arch.

Sobat Muse, bulan April merupakan bulan yang istimewa. Banyak peristiwa dipengingati pada bulan ini. Selain Hari Kartini, ada juga World Heritage Day, yang diperingati pada 18 April.

Kartini kedua yang akan kita bahas adalah seorang kartini yang berkiprah dalam pelestarian Warisan Budaya. Dr. Eng. Ir. Laretna Trisnantari Adhisakti, M.Arch. atau biasa disapa Ibu Sita merupakan dosen dan Kepala Center for Heritage Conservation, Departmen Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Beliau merupakan salah satu perempuan hebat yang menyumbangkan pemikirannya untuk pemugaran Candi Borobudur yang termasuk dalam World Heritage.

Tokoh yang pernah mendapat predikat Salah Satu Kartini abad XXI dari Majalah Gatra (2010) ini mendedikasikan nafas dan setiap langkahnya untuk pelestarian Warisan Budaya, yang disebutnya sebagai Pusaka. Penggagas Jogja Heritage Society ini tak pernah lelah apalagi bosan, mengajak banyak orang untuk melestarikan Pusaka Indonesia yang goal akhirnya ialah untuk kesejahteraan masyarakat.

Nah Sobat Muse, siapa sih yang tidak kenal Kartini Kampus Kerakyatan yang satu ini? Simak setiap kiprahnya yang sungguh menginspirasi. Ayo Sobat Muse, kenali, cintai, dan lestarikan warisan budaya yang ada di sekitar kita. Sobat Muse juga bisa datang ke Museum UGM untuk tahu lebih banyak tentang kiprah UGM dalam pemugaran Candi Borobudur!

 

Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D.

Halo Sobatmuse, Kartini inspiratif UGM kali ini menghadirkan sosok yang tentu cukup berpengaruh di Indonesia. Kita mengenal beliau sebagai Bu Rita, Rektor wanita pertama Universitas Gadjah Mada. Setelah menjabat sebagai rektor Universitas Gadjah Mada pada periode 2014-2016, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D. dipercaya menjadi Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

Prestasi beliau dalam penanggulangan bencana alam tidak hanya terbatas pada taraf nasional namun juga internasional. Terbukti, Bu Rita menjadi satu-satunya orang Indonesia yang memperoleh penghargaan Leverhulme Professorship Award atas penelitian beliau tentang manajemen bencana alam longsor di Institute for Advance Study Bristol University, Inggris, tahun 2002. Tidak hanya itu, berturut-turut beliau mendapat penghargaan International Program on Landslide Award, pada World Landslide Forum kedua dan ketiga.

Saat menjabat menjadi Rektor UGM, Bu Rita dan timnya berhasil memperjuangkan Landslide Early Warning System (LEWS) atau Sistem Pemantauan dan Peringatan Dini Bencana Longsor buatan UGM sebagai rujukan dunia di sidang Organisasi Standard Internasional (ISO) tahun 2016. Prestasi ini sangat membanggakan Indonesia. Selain peringatan dini tanah longsor, saat ini di bawah kepemimpinan Bu Rita di BMKG, sistem early warning untuk tsunami di Indonesia dinyatakan sudah 90% andal dan sudah bisa menandingi buatan Jepang.

Dari sosok Bu Rita kita belajar bahwa kiprah perempuan dapat pada banyak hal. Di negara yang sudah akrab dengan gejala alam gempa bumi, tanah longsor dan tsunami ini, kita punya sosok perempuan siaga bencana dengan prestasi dan kiprah yang luar biasa tidak hanya bagi Indonesia namun juga dunia Internasional.

 

 

Prof. Dr. Ir. Oemi Hani’in Soeseno

Prof. Dr. Ir. Oemi Hani’in Soeseno lahir di Solo, 1 Januari 1931. Beliau merupakan satu-satunya mahasiswa perempuan yang berkuliah di Fakultas Kehutanan UGM pada awal berdiri. Beliau memperoleh gelar Insinyur Kehutanan pada tahun 1961 kemudian dikukuhkan sebagai guru besar bidang pemuliaan pohon hutan. Beliau mendapat gelar pejuang lingkungan yang menerima hadiah Kalpataru pada tahun 1989. Sepanjang hidup, Ibu Oemi mendedikasikan dirinya untuk pengembangan Hutan Wanagama.

“Pemuliaan pohon memang bukan bidang keilmuan yang menarik. Butuh waktu lama mengaplikasikan ilmunya, sehingga banyak orang tak tertarik. Namun, masa depan kehutanan Indonesia justru di pemuliaan pohon”. Ibu Oemi kepada Prof. Mohammad Na’iem (Na’iem, 2020: 5).

Berawal dari hibah ulat sutera (Bombyx mori) dari Dinas Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada mulai aktif terlibat dalam pemecahan masalah lahan kritis Gunung Kidul. Pada tahun 1966, lahan seluas 10 Ha yang diberi nama Wanagama I di Gunung Kidul mulai dirintis hingga pada tahun 1982 lahan Wanagama mencapai luas 600 Ha. Ibu Oemi menyisihkan honornya sebagai pengajar untuk membiayai usaha pengembangan Wanagama. Beliau meninggalkan sejumlah warisan untuk Wanagama, yang kemudian dikelola menjadi Yayasan Oemi. Yayasan Oemi menjadi penggerak rimbawan Wanagama untuk membantu menghijaukan kembali hutan dan lahan kritis di Indonesia.

 

Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA.

Sobatmuse, hari ini kita akan membahas perempuan hebat yang berasal dari Fakultas Ilmu Budaya UGM, nih! Beliau adalah Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA, seorang dosen Sastra Perancis Fakultas Ilmu Budaya UGM. Beliau mendapatkan gelar master dari Universitas Gadjah Mada serta University of Geneva, Swiss. Di University of Geneva pula beliau menyelesaikan program Doktor dalam bidang Kajian Gender. Ibu Wening dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Sastra dan Gender pada Fakultas Ilmu Budaya UGM dengan pidatonya berjudul Maskulinitas Transformatif: Kekerasan dan Subyek Yang Bergerak Dalam Dinamika Sastra dan Budaya (17 Februari 2022).

Riset-riset Beliau berfokus pada kajian sastra, gender, dan analisis wacana kritis. Beberapa karyanya, antara lain La Politique de l’Avortement Durant la Periode Post-Suhartoiste en Indonésie, dipublikasikan di Jurnal Mousson (Prancis) pada tahun 2012; Transgender in Indonesian Media: Negotiating the Self Project of Identity di Regional Journal of Southeast Asian Studies, diterbitkan pada tahun 2016; La Condition Féminine: Une Exception Indonésienne? dalam edited book L’Indonésie Contemporain di Paris diterbitkan oleh Irasec pada tahun 2016. Ibu Wening pernah menjabat sebagai Wakil Direktur Indonesian Consortium for Religious Studies (Konsorsium UGM, UIN Sunan Kalijaga, dan UKDW) 2009–2012; Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (2012–2016); Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (2016–2020); dan Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Universitas Gadjah Mada (2021-2026).

 

Dra. Retno Lestari Priansasi Marsudi, LL.M.

Dra. Retno Lestari Priansasi Marsudi, LL.M. yang akrab disapa Retno Marsudi adalah wanita pertama di sepanjang sejarah (setelah kemerdekaan) Indonesia yang menjabat sebagai Diplomat RI untuk Kerajaan Belanda (2012-2015) dan Menteri Luar Negeri Indonesia (2014-saat ini). Sosok perempuan tangguh yang dijuluki sebagai “Lady Boss” ini merupakan alumni “Kampus Kerakyatan” jenjang S-1 Prodi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL).

Dari angan seorang Retno Kecil yang “ingin pergi ke luar negeri” saat menonton acara TV “Dunia dalam Berita”, mengantarkan Retno Marsudi menjadi seorang diplomat ulung yang berhasil membawa Indonesia menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB 2019 dan 2020, serta Anggota Dewan HAM PBB periode 2020 – 2022. Centre for Strategic and International Studies (CSIS) juga menyoroti capaian nilai diplomasi ekonomi Indonesia sebesar 98,32% dibawah kepemimpinan Retno Marsudi (2015).

Selama berkarier dan berkiprah di ranah diplomasi, kepiawaian seorang Retno Marsudi telah diapresiasi baik dalam kancah nasional maupun internasional. Beberapa penghargaan tersebut antara lain:

  • Penghargaan Perlindungan Buruh Migran dari Serikat Buruh Migran Indonesia, 18 Desember 2017.
  • Elle Style Awards 2018, kategori Outstanding Achievement, Oktober 2018.
  • Penghargaan Tokoh Publik Terbaik, dari iNews Indonesia Awards 2018, 15 November 2018.
  • Penghargaan Khusus untuk Pemimpin Diplomasi Kemanusiaan dari PKPU Human Initiative, 19 Desember 2018.
  • The Order of Merit (Grand Officer – the Second Highest Decoration), Norwegia, Desember 2011.
  • The Ridder Grootkruis di de Orde van Oranje-Nassau, Belanda, 12 Januari 2015.
  • Penghargaan “Agen Perubahan” dari PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women), 21 September 2017.
  • “El Sol del Peru” (“Matahari Peru”), Peru, 24 Mei 2018. Malalai Medal of Honor from President Ashraf Ghani of Afghanistan, 1 Maret 2020.

Retno Marsudi telah membuktikan bahwa seorang perempuan adalah sosok yang tangguh dalam membangun karir yang cemerlang tanpa harus meninggalkan peran utamanya sebagai seorang ibu dan perempuan. “Saya selalu kasih encouragement ke teman-teman diplomat (perempuan) yang muda. Berat, iya. Tantangan besar, iya. Tapi, bisa!” – Retno Marsudi (Kompas.com, Januari 2021)

 

Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, M. Arch., Ph.D.

Kartini hebat yang akan kita bahas kali ini memiliki kiprah besar dalam isu-isu budaya, pariwisata dan pembangunan di Indonesia. Beliau bernama Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, M. Arch., Ph.D. Prof. Wiendu memiliki kepedulian tinggi terhadap pelestarian kebudayaan Indonesia, khususnya melalui pariwisata. Beliau banyak terlibat di Departemen Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dalam memberikan pelatihan, kursus, seminar dan lokakarya untuk memajukan pariwisata dan kebudayaan di Indonesia. Kemudian berkat kiprahnya, pada tahun 2002 beliau mendapat penghargaan Satyalancana Karya Satya dari Presiden RI. Berkat kiprah beliau, pada tahun 2011-2014 Prof. Wiendu ditunjuk untuk menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia bidang Kebudayaan.

Prof. Wiendu dikenal aktif dalam usaha memajukan pariwisata dan kebudayaan di Indonesia melalui dunia perkuliahan. Pada tahun 2005, Bu Wiendu mendirikan serta menjadi Direktur Eksekutif dari Program Magister Perencanaan Pariwisata (MPAR) di UGM hingga 2011. Pada saat itu MPAR merupakan satu-satunya program pascasarjana tingkat dalam perencanaan pariwisata di Indonesia. Saat ini beliau menjabat sebagai ketua International Center for Culture and Tourism (ICCT).

“Tidak berlebihan jika saya katakan Indonesia negara adidaya di bidang kebudayaan. Kita wajib bangga untuk itu,” (Wiendu Nuryanti, Harian Nasional 2013). Prof. Wiendu dapat menginspirasi kita semua untuk berkarya dan mengabdi kepada negara sesuai dengan passion yang kita miliki.

 

Prof. Dra. Raden Ajeng Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D.

Prof. Dra. Raden Ajeng Yayi Suryo Prabandari, M.Si, Ph.D. adalah seorang dosen di Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM. Beliau memiliki latar belakang pendidikan S-1 Psikologi dan S-2 Psikologi Klinis UGM, serta S-3 Kedokteran Komunitas di Universitas Newcastle, Australia. Ibu Yayi yang berlatar belakang psikologi dapat menjadi professor dari Fakultas Kedokteran.

Beliau menjadi salah satu tokoh wanita UGM yang mempromosikan kesehatan termasuk kampanye untuk berhenti merokok. Juga, Ibu Yayi aktif melakukan penelitian dalam bidang perilaku merokok, hal ini dibuktikan dengan ia menjadi ketua tim peneliti Quit Tobacco Indonesia Fakultas Kedokteran. Salah satu usahanya adalah memberantas mengenai hoax di media sosial yang mengklaim bahwa perokok berat dapat menghalangi virus covid karena terhalang oleh nikotin. Beliau memberikan pemahaman bahwa rokok justru dapat menyebabkan seseorang rentan terhadap serangan virus, bakteri dan penyakit lainnya.

Jadi SobatMuse, yuk kita dukung kampanye Ibu Yayi. Hidup sehat dan bahagia dimulai dari hidup tanpa asap rokok yang membahayakan diri sendiri dan orang lain. Serta selalu jadikan museum sebagai tempat bebas asap rokok ya!

 

Lasiyah Soetanto

Lasiyah Soetanto merupakan seorang putri bangsa kelahiran Bantul, 13 Agustus 1924. Beliau merupakan alumni Fakultas Hukum UGM pada tahun 1962. Karir beliau diawali menjadi guru seperti di Christelijke Schakel School di Wonogiri tahun 1941, Neutral School di Yogyakarta, SMP Puro Pakualaman, SGA Stella Duce, dan SMA Bopkri. Sejak berkuliah di UGM, beliau juga menjadi Asisten Dosen Riset Hukum Adat UGM. Setelah lulus pada tahun 1962, beliau juga menjadi dosen Bahasa Prancis FKIP, Dosen Fakultas Sastra UGM, dan Universitas Atmajaya. Pada tahun 1972, beliau memperoleh gelar Diploma de Sorbonne Trois, Paris, Perancis.

Ibu Lasiyah Soentanto merupakan Menteri Muda Urusan Peranan Wanita pertama Indonesia yang menjabat pada tahun 1978-1983. Kemudian dilanjutkan pada tahun 1983-1987 beliau menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Peranan Wanita. Sebelum menjabat menjadi Menteri, beliau juga sempat duduk sebagai anggota MPR/DPR-RI. Pada saat itu, Lasiyah Soetanto menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Kongres Wanita Indonesia (DPP Kowani).

Beliau pantas dijuluki sebagai guru perempuan Indonesia karena keteladanannya dalam mendorong perempuan Indonesia untuk berperan dalam berbagai profesi dan kegiatan pembangunan, sekaligus tetap melaksanakan tugas utamanya sebagai seorang ibu sesuai dengan kodratnya. Baginya, itulah makna emansipasi wanita ala Indonesia.

 

Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., MPH, Ph.D.

Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., MPH, Ph.D atau kerap disapa dengan Prof. Uut merupakan lulusan Fakultas Kedokteran UGM tahun 1989. Beliau menjadi dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM (sekarang Departemen Kebijakan dan Managemen Kesehatan). Kemudian melanjutkan pedidikan Pascasarjana di Centre for International Child Health, University of College London, Inggris, dan Master of Public Health, serta mendapat gelar Doctor of Philosophy di Umea University, Swedia. Beliau diangkat menjadi Guru Besar UGM pada tahun 2011.

Fokus penelitian Prof. Uut yaitu di bidang pengendalian penyakit menular, terutama penyakit Tuberkulosis,serta kebijakan-manajemen mutu layanan kesehatan. Beliau berhasil menempati peringkat ke-311 peneliti terbaik Indonesia di semua bidang yang diterbitkan oleh Webometrics 2017. Pada saat itu, Prof. Uut menerbitkan karyanya pada lebih dari 30 Jurnal Kesehatan Internasional.

Sejak tahun 2013, Prof. Uut melakukan penelitian bersama timnya dalam World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta. Pada tahun 2016 hingga tahun 2017, WMP menyerahkan 7000 ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia di beberapa kelurahan yang kemudian dimonitor selama beberapa waktu. Dari penyebaran nyamuk ber-Wolbachia tahap pertama, ditemukan bahwa nyamuk tersebut mampu bertahan dengan jumlah yang tinggi dalam populasi dan tetap konsisten. Program ini berhasil menekan kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta sebesar 77%.

Prof. Uut masuk dalam daftar Ten People Who Helped Shape Science in 2020 menurut jurnal Nature. Nature menyebut Prof Uut sebagai mosquito commander atau komandan nyamuk. Beliau juga masuk dalam daftar 100 orang berpengaruh tahun 2021 versi Majalah TIME.Melansir dari majalah TIME, prestasi Prof Uut bermula dari usahanya meyakinkan masyarakat di lokasi penelitiannya untuk melepaskan sekawanan nyamuk di lingkungan mereka. Usahanya berbuah manis, ia dan anggota timnya membawa trobosan baru yang dapat dirasakan jutaan orang di seluruh dunia dalam memerangi demam berdarah.

Selain bidang akademik, Prof Uut juga menekuni bidang musik, khususnya sebagai pianis. Beberapa konser musik yang telah diselenggarakan antara lain konser amal Life, Passion, and Music (Mei 2018), konser amal Sedjiwa Setjinta (Oktober 2018), serta home concerts.

 

Prof. Dr. Inajati Adrisijanti

Halo Sobatmuse, kali ini kita akan membahas perempuan hebat dalam Ilmu Purbakala dan Arkeologi. Beliau bernama Prof. Dr. Inajati Adrisijanti atau yang sering disapa dengan nama Ibu Poppy, lahir di Yogyakarta, 20 Oktober 1945. Beliau merupakan lulusan Arkeologi UGM pada tahun 1973. Pada saat berkuliah, beliau sempat menjadi mahasiswa pembantu jurusan Arkeologi UGM. Kemudian setelah lulus, beliau menjadi dosen Jurusan Arkeologi UGM. Pada tahun 1979-1980, beliau melanjutkan pendidikan Arkeologi di Rijksuniversiteit Leiden. Kemudian pada tahun 1997, beliau menyelesaikan Pendidikan Doktoral di Arkeologi UGM.

Berawal dari kegiatan bersepeda rutin 2x sebulan berkeliling Yogyakarta hingga Candi Borobudur, mengenalkan semakin dalam warisan budaya kepada seorang Poppy remaja. Siapa sangka kegiatan bersepeda untuk meninjau jalur dari situs ke situs memupuk kecintaannya terhadap tinggalan budaya. Hal inilah yang kemudian memantapkan keinginan seorang Ibu Poppy untuk memperdalam “Ilmu Purbakala” di Universitas Gadjah Mada.

Ibu Poppy adalah seorang Profesor Arkeologi yang memiliki fokus kajian ilmu Arkeologi Islam dan Perkotaan. Lewat penelitian disertasi beliau yang berjudul “Arkeologi Perkotaan Mataram Islam”, beliau mengungkap kepada khalayak untuk pertama kalinya nilai penting Kotagede sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Islam. Hasil penelitian tersebut kemudian seakan “membuka pintu” yang telah lama tertutup bagi perkembangan penelitian kajian kota-kota kuno di Indonesia.

Selain meneliti tentang Arkeologi Islam dan Perkotaan, Ibu Poppy pernah menjadi salah satu orang yang terlibat dalam pemugaran candi Sambisari (Yogyakarta) dan Percandian Prambanan pasca gempa 2006. Beliau juga memiliki karya ilmiah diantaranya yaitu: ·“Coastal Ornamental Patterns around the 16th Century: A Study on Cultural Interaction”; ·Seminar Internasional UNESCO: “Harbour Cities along the Silk Roads” (1991); dan ·“Disaster Presvention Measures for Stone Built Heritage in Indonesia: Damage to Prambanan Temple Compounds by Central Java Earthquake” di Nara, Jepang (2008). Dalam kiprahnya sebagai dosen dan Arkeolog, beliau pernah menjabah sebagai Sekretaris Jurusan UGM, Ketua Jurusan Arkeologi, pengelola S2 Arkeologi UGM, Anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) DIY, dan Anggota TACB Nasional tahun 2019.

“Masa depan kajian mengenai cagar budaya di Indonesia masih terbuka lebar. Jika bukan kita, siapa lagi yang akan mengungkap cerita di balik keberadaan cagar budaya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke?” -Ibu Poppy

 

 

12
Universitas Gadjah Mada

Museum Universitas Gadjah Mada
Bulaksumur Blok D-6 & D-7,
Sleman, Yogyakarta 55281

  museum@ugm.ac.id
    081391595035
  @museumugm
  fanpage: museum-ugm

 

Register Nasional Museum

No. 34.04.U.01.0214

Museum Tipe B

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY