
Salah satu tokoh perintis Universitas Gadjah Mada sebagai universitas negeri milik Bangsa Indonesia pasca kemerdekaan yaitu Ki Sarmidi Mangunsarkoro. Ki Sarmidi juga merupakan salah satu tokoh pemikir pendidikan kebangsaan yang menyampaikan pemikiran beliau dalam kongres pemuda II. Paparan Ki Sarmidi tentang pendidikan kebangsaan untuk generasi muda menegaskan bahwa kebudayaan bangsa sendiri sangat penting dijadikan landasan pendidikan putra-putri Indonesia. Beliau juga dikenal sebagai sosok yang dekat dengan Ki Hadjar Dewantara dan sisebut-sebut sebagai penerus perjuangan Bapak Pendidikan Nasional ini.
Ki Sarmidi Mangunsarkoro lahir pada tanggal 23 Mei 1904 di Surakarta dan besar di lingkungan keluarga pegawai Keraton Surakarta. Ki Sarmidi muda memang bercita-cita ingin menjadi pendidik tetapi sempat masuk sekolah teknik di Yogyakarta. Sadar bahwa hal tersebut kurang sejalan dengan cita-citanya, Sarmidi muda merantau ke Batavia dan mendaftar ke Sekolah Guru Arjuna. Setelah lulus dari Sekolah Guru Arjuna Jakarta, Sarmidi muda langsung diangkat menjadi guru HIS Tamansiswa Yogyakarta.
Tahun 1928 di Kongres pemuda, pada usia 24 tahun, Sarmidi Muda memaparkan gagasannya tentang pendidikan kebangsaan. Kebudayaan bangsa sebagai landasan pendidikan puta putri Indonesia dapat diterapkan melalui kegiatan kepanduan. Kepanduan sebagai cikal-bakal gerakan Pramuka di Indonesia juga menjadi perhatian Ki Sarmidi pada era pergerakan nasional. Beliau adalah anggota Pengurus Besar Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang terus memperjuangkan terbebasnya gerakan kepanduan dari pengaruh kolonial.
Tahun 1929 Ki Sarmidi Mangunsarkoro diangkat menjadi Kepala Sekolah HIS Budi Utomo Jakarta. Satu tahun kemudian pada tahun 1930, atas restu Ki Hadjar Dewantara dan permintaan masyarakat Kemayoran, Ki Sarmidi mendirikan Perguruan Tamansiswa di Jakarta. Berdirinya Tamansiswa tersebut dikukuhkan dengan penyerahan “Piagam Persatuan Perjanjian Pendirian” kepada Ki Sarmidi langsung dari sang mahaguru, Ki Hadjar Dewantara. Piagam pemberian Ki Hadjar Dewantara tersebut menjadi pengakuan bahwa Ki Sarmidi telah menjadi bagian penting dari Perguruan Tamansiswa. Perguruan Tamansiswa di Jakarta itu sebenarnya merupakan penggabungan antara HIS Budi Utomo dan HIS Marsudi Rukun yang dua-duanya dipimpin oleh Ki Sarmidi Mangunsarkoro, dan dalam perkembangannya Perguruan Tamansiswa Cabang Jakarta mengalami kemajuan yang pesat hingga sekarang.
Sebagai salah satu orang yang terpilih oleh Ki Hadjar Dewantara untuk memajukan, menggalakkan serta memodernisasikan Tamansiswa yang berdasarkan pada rasa cinta tanah air serta berjiwa nasional, Ki Sarmidi Mangunsarkoro mempunyai beberapa pemikiran demi terlaksananya cita-cita pendidikan Tamansiswa. Pada tahun 1931 Ki Sarmidi Mangunsarkoro mendapat tugas untuk menyusun Rencana Pelajaran Baru dan pada tahun 1932 disahkan sebagai “Daftar Pelajaran Mangunsarkoro”. Berdasarkan tugas tersebut maka pada tahun 1932 beliau menulis buku “Pengantar Guru Nasional”. Buku tersebut mengalami cetak ulang pada tahun 1935. Tahun 1932-1940 Ki Sarmidi menjabat sebagai Ketua Departemen Pendidikan dan Pengajaran Majelis Luhur Tamansiswa merangkap Pemimpin Umum Tamansiswa Jawa Barat. Pada tahun 1933 Ki Sarmidi Mangunsarkoro memegang Kepemimpinan Taman Dewasa Raya di Jakarta yang secara khusus membidangi bidang Pendidikan dan Pengajaran.Pada tahun 1947 Ki Sarmidi Mangunsarkoro mendapat tugas Ki Hadjar Dewantara untuk memimpin penelitian untuk merumuskan dasar-dasar perjuangan Tamansiswa, dengan bertitik tolak dari Asas Tamansiswa 1922. Dalam Rapat Besar Umum Tamansiswa Tahun 1947 hasil kerja ‘Panitia Mangunsarkoro’ yang bernama Pancadarma diterima dan menjadi Dasar Tamansiswa,
Saat Kabinet Hatta II berkuasa pada Agustus 1949 sampai dengan Januari 1950, Ki Sarmidi Mangunsarkoro mendapat kepercayaan menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP dan K) RI. Sewaktu menjabat Menteri PP dan K, beliau mendirikan dan meresmikan berdirinya Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Yogyakarta, mendirikan Konservatori Karawitan di Surakarta, serta ikut membidani lahirnya Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Ki Sarmidi Mangunsarkoro kembali dipercaya menjadi Menteri PP dan K RI pada masa Kabinet Halim sejak Januari 1950 sampai September 1950. Beliau berhasil menyusun dan memperjuangkan Undang Undang No 4/1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah untuk seluruh Indonesia di parlemen. UU tersebut disahkan dan sekaligus menjadi Undang Undang Pendidikan Nasional pertama di Indonesia.
Ki Sarmidi Mangunsarkoro menulis beberapa buku mengenai pendidikan nasional, kebudayaan dan juga politik. Hal ini seiring dengan perhatian beliau yang begitu besar pada ketiga bidang tersebut. Buku-buku tulisan beliau antara lain :
- Pendidikan Nasional (Keluarga, Jogjakarta, 1948)
- Masjarakat Sosialis (Pelopor, Jogjakarta, 1951)
- Dasar-Dasar Pendidikan Nasional (Pertjetakan Keluarga, 1951)
- Kebudajaan Rakjat (Usaha Penerbitan Indonesia, 1951)
- Dasar Sosiologi dan Kebudajaan untuk Pendidikan Indonesia Merdeka (Prapancha, Jogjakara, 1952)
- Ilmu Kemasjarakatan (Prapancha, 1952)
- Sosialisme, Marhaenisme dan Komunisme (Wasiat Nasional, Jogja, 1955)
- Inti Marhaenisme (Wasiat Nasional, Jogja, 1954)
- Guru Tak Berkarakter ratjun Masjarakat : Sumbangan dari Kementerian Penerangan RI oentoek guru Nasional yang Membentuk Djiwa Nasional (ditulis bersama dengan Asaat gelar Datuk Mudo, Kementerian Penerangan RI, kata Pengantar 1950)
- Dasar Sosisologi dan Kebudajaan untuk Rakjat Indonesia (Prapancha, 1952)
Ki Sarmidi Mangunsarkoro wafat 8 Juni 1957 di Jakarta dan dimakamkan di makam Keluarga Besar Tamansiswa ‘Taman Wijaya Brata’, Celeban, Yogyakarta. Atas jasa-jasanya, Alm Ki Sarmidi Mangunsarkoro menerima beberapa tanda jasa Bintang Mahaputra Adipradana dari Pemerintah, dan juga penghargaan dari Tamansiswa dan rakyat. ~r